Thursday, October 05, 2006

Keterpilihan


Yup, keterpilihan. Sebuah hak sekaligus bentuk kepercayaan seseorang atau komunitas kepada individu tertentu. Banyak maksud dan tujuan dari keterpilihan tersebut. Entah itu dalam skala kecil ataupun besar. yang jelas keterpilihan haruslah disikapi dengan keluasan pemahaman dan kelapangan dada yang besar.

Saya sendiri, termasuk orang yang sering mengalami keterpilihan. Banyak sebab, teman-teman menunjuk saya. Yang sederhana seperti pribahasa Mankana usul fahuwa mas'ul (barang siapa yang memberikan usul, maka dia yang bertanggungjawab) dalam poin ini tidak hanya dapat disikapi sebagai bentuk hak, sebab barangkali orang-orang yang ada disekitar kita tidak lebih paham atau mengerti apa yang kita usulkan. yang jelas usul atau saran lebih di titik beratkan kepada buah pikir kita sendiri, yang notabene sebelumnya sudah kita analisa baik teroritis maupun praktis. Sehingga orang lain beranggapan kita lebih menguasainya. Namun pada kenyataanya, banyak didasari pada keengganan memikul tanggungjawab keterpilihan tersebut.

Dua kali. Dua kali saya "dipinang" oleh al-akh yang mengatasnamakan "syuro" untuk menjadi top leader di salah satu organisasi. Kedua-duanya dalam batas waktu kurang dari satu tahun, kedua-duanya pada akhirnya gagal. Sebab pada wilayah administratif masih ada yang harus saya penuhi. Berbagai rekayasa coba dibuat untuk menggolkan "pinangan" tersebut.

Keterpilihan, kadang membuat saya berpikir frontal ketika melihat keterpilihan tersebut lebih banyak didominasi oleh bentuk ketidaksiapan dalam menyiapkan, bahasa yang lebih sederhananya adalah pengkaderannya mandeg. Alih-alih, organisasi terkait justru memelihara sikap dan sifat maen tunjuk.

Walau atas nama "syuro" atau kepentingan organisasi, tetap saja keterpilihan yang disebabkan oleh mandegnya pengkaderan adalah sebuah keputusan yang tidak bijak. Pada saat yang sama, kita sering terjebak dalam frame ketokohan. Di sisi lain kita jadi malas menanam benih, dan lebih suka memetik buah.

Dalam ukuran-ukuran tertentu bolehlah orang yang dipilih tersebut dianggap mampu, tapi di sisi lain masih saja memberikan bekas bahwa keterpilihan tersebut memiliki celah, yang harus dibayar dengan kelapangan dada semua pihak dan sebuah PR besar bernama Pengkaderan. Jika hal ini tidak diselesaikan juga, barangkali tradisi maen tunjuk atau 4L (Lo Lagi - Lo Lagi) akan terus menerus terwariskan, mau tidak mau!

Wallahu a'lam.